Jumat, 21 Agustus 2015

Golongan Pengunjung Warung Kopi (Coffeeshop)



Aduh, lama sekali ya ini blog ga di-posting lagi.
Ah, sudahlah.

Ini gue mau berbagi cerita. Setidaknya ini yang lagi ada di-otak gue.
Sebuah penelitian yang tidak valid. Penelitian yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan.
*Lho?!* ha ha haa..

Namanya juga penelitian iseng. Lahir dari sudut pandang gue yang tidak disengaja kadang suka memperhatikan sesuatu hal yang tidak penting. So, berikut adalah golongan para pengunjung warung kopi dari jenis minuman yang dipesan, menurut versi Yudi Bastian;

1.       Pengunjung Level Popular
Golongan ini biasanya diisi sebagian besar kaum-kaum muda. Bisa anak kuliah. Anak sekolah. Atau para ce-cabe-an. Dan, tidak menutup kemungkinan juga golongan ini diisi oleh para ibu-ibu muda yang masuk dalam kelas Mahmud Abas (read: Mamah-mamah muda anak baru satu ^^).

Golongan ini sudah memastikan bahwa coffeeshop yang mereka pilih memiliki kadar prestise yang tinggi. Untuk apa? Untuk membuat kesan “wah” saat meng-upload foto-foto hasil bertamu mereka di media social masing-masing. Plus tidak lupa memasang tagar #Ngopi-ngopiCantik.

Dan, best seller golongan ini jatuh kepada; cokelat & greentea.

2.       Pengunjung Level Basic
Golongan ini ada mulai dari remaja sampai usia renta. Golongan ini sedikit-sedikit mulai menyukai kopi, namun masih harus diberi perasa sebagai pemanis. Bisa juga dibilang sebagai pemula penyuka kopi.

Jenis minuman yang dipesan bervariasi dari kopi panas/dingin.

3.       Pengunjung Level Expert
Golongan ini berada pada taraf menilai, bahwa kopi tidak hanya hitam dan pahit. Mereka para pengagum rasa. Pengagum yang memahami bahwa dibalik hitam pekatnya kopi, di sana terdapat sensasi-sensasi rasa lain ketika kopi itu mulai diseruput. Menurut mereka, ketika kopi diseruput, itu seperti berpetualang. Mereka bisa merasakan adanya kadar asam yang berbeda, pahit yang berbeda, dan sensasi-sensasi lainnya dari setiap kopi yang mereka minum.

Golongan ini menghargai kerja keras para peramu rasa. (fin)

Itulah golongan para pengunjung warung kopi yang sedikit gue bisa share. Ingat? Penelitian ini tidak valid dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ha ha haa..

Sebetulnya selain yang tadi gue jabarin, masih ada juga pengunjung tipikal-tipikal lainnya, seperti; para pemburu sinyal wifi, para pemeeting, para arisan-ers, para penongkrongers, dll. Sebagai permulaan, gue mulai dari ini dulu. Next time tunggu kejutan lainnya :)

Jika ada diantara kalian yang mau membuat versi lain, dengan senang hati saya persilahkan ^^

Sekian dari gue, dan thank you for reading (end)

Selasa, 12 Maret 2013

Golongan Pria dan Tentang Wanita Dalam Kehidupannya


.....
Gege menghela nafas panjang.
Saatnya dia menjelaskan pada wanita yang dia cintai, apa yang selama ini dia lakukan.
Gege kemudian menjelaskan dengan panjang lebar teori yang dulu dia pernah kemukakan di makan siang bersama teman-temannya.

“Cowok itu pada dasarnya dibagi jadi dua”, Gege memulai pandangannya.

“Pertama adalah mereka yang percaya adanya seorang wanita dalam kehidupan mereka akan membuat mereka lebih bersemangat meraih cita-cita.

Kata mereka;
‘Malu dong sama pacar kalo nganggur’
‘Malu dong sama dia kalo ga ranking’
Bagi mereka, kalo nggak pacaran malah kurang motivasi hidup.
Mereka butuh orang di samping untuk proses kedewasaan mereka.

Mereka ini butuh dihargai dulu sebelum mereka PD menghadapi hidup.
Mereka bilang, ‘Liat deh, gue pengen jadi orang yang lebih dewasa karena elo.

’ Kedua adalah mereka yang terkesan jomblo seumur hidup. Mereka nggak berani pacaran sebelum tua.

Mereka bilang;
‘Takut IP-nya ditanya sama orang tua pacar’
‘Gua belum punya apa-apa yang bisa dibanggain’

Mereka memotivasi diri.
Dan, sebenarnya mereka menempa diri untuk mencari penghargaan dalam hidup, agar suatu saat bisa PD menghadapi seorang perempuan”

“menarik”, Caca memotong penjelasan Gege

“wajar ya Ca.. Gege kan udah 27. Mikirnya kalo pacaran, ya untuk nikah,”
kali ini Gege memang bertutur terus terang, tentang bagaimana dia memandang perjodohan.

“Pria itu pemimpin keluarga. Tugasnya melindungi, membina, dan mencukupi. Mereka bangga kalo mereka bisa mencukupi istri dan anak.”

“...”

“Contoh paling gampang. Masalah pria dan harta. Kita lihat banyak pria yang bela-belain nikah tua. Mereka itu pengen maksain kalo mereka punya cukup bekal untuk nikah.”

“Tapi kan nggak semua wanita itu matre Ge. Jangan digener...”

“Bukannya kita memandang bahwa wanita itu matre...” Gege segera meneruskan argumennya
“...tapi justru kita yang menuntut diri kita untuk mampu membiayai hidup anak istri. Sedablek-dableknya pria, nggak ada suami yang pengen ngeliat istri susah kan?”

“...”

“Itu dari materi. Sekarang dari mental.
Banyak juga pria yang nggak mau nikah dulu karena mereka mikir, ngurus diri sendiri aja masih nggak disiplin, susah. Gimana mau ngurusin sebuah keluarga coba? Pria kan imam keluarga. Gimana berani jadi imam, kalo sholat juga masih bolong-bolong?”

“...”

“Di saat semua itu sudah siap, baru kita mencari pasangan. Semua pria dalam kadar yang berbeda mencari tempaan ya Ca. Pria itu membutuhkan pencapaian.”

“untuk?”

“Supaya mereka bisa yakin sama diri sendiri. Dan bisa ngeyakinin wanita bahwa dia layak dicintai.
‘Nih liat gue bisa cari duit’
‘Nih liat, gue dewasa’
‘Nih liat, gue bisa mimpin keluarga”

Mereka terdiam,
dan tanpa direncanakan, saling menyandarkan badan. Melihat gelas masing-masing. Tenggelam meresapi setiap kata yang Gege katakan.

***
dari Gege Mengejar Cinta by Adhitya Mulya

Selasa, 14 Agustus 2012

Miss (Rindu)

Sebagai awal dari sesuatu yang tertunda. Izinkan saya mencoba memberikan potongan cerita. Enjoy your time ^_^


Miss (Rindu)

Setelah pertemuan itu, aku jadi sering menemui Raka. Bahkan beberapa kali aku menemuinya tanpa diketahui Hanum. Bahkan aku sampai sering dimarahi Hanum karena telah menculik anaknya tanpa izin. Hanum senang anaknya bermain bersamaku. Dan, dia juga senang melihat aku menghabiskan waktu bersama anaknya. Raka adalah obat dibalik kepenatan.

Hari ini, setelah meeting dengan beberapa karyawan, aku kembali mencuri waktu menemui Raka di sekolahnya. Di tengah perjalanan Jakarta-Bandung aku sempatkan meminta izin akan mengajak Raka jalan-jalan ke Hanum. Aku telpon dia,
“Hai”, ujarku saat telpon diangkatnya
“Hei”, ujarnya di sana, sedikit terdengar suara kegaduhan di tempat Hanum mengajar. “Aku mau ajak main Raka hari ini”, pintaku
Hanum sempat protes karena aku ke Bandung tiba-tiba, dan ketika aku bilang aku mangkir dari kerja, dia lebih protes. Namun, aku dapat izinnya. Aku bilang akan mengajak Raka ke sebuah hotel bintang 5 di Bandung. Ada salah satu teman lama yang mengundangku ke sana untuk sekedar temu dan makan. Daripada aku datang sendiri, lebih baik aku ajak Raka.

Tidak lama setelah ku tutup telpon. Selulerku kembali berbunyi, “My Honey” terpampang di layar.
“Hai sayang. Aku lagi di kantor kamu nih. Kata sekretaris, kamu lagi keluar.. sedih deehhh akunyaaa”, ujar gadis lucu yang telah mendampingi aku beberapa tahun ini.
“ Iya sayang, ini aku masih di jalan”, aku senyum sendiri mendengar kata terakhirnya
“Kapan kamu balik? Aku tunggu di kantor yah”
“Ja-jangan sayang. Aku balik besok siang. Aku dalam perjalanan ke Bandung sekarang”
“APA? KAMU KE BANDUNG?? Kok aku ga diajak???”
“Iya sayang. Maaf aku belum kabari kamu. Aku lupa kalo hari ini aku ada janji sama teman lama. Begitu ingat. Aku langsung cabut”
“Cewek mana yang buat kamu berpaling dari aku?”, ujarnya marah, tapi tidak sungguh-sungguh marah, dan entah mengapa dia tampak lucu untukku.
“hahahaa.. putri dari Raja Kerajaan Padjadjaran”
“ahhh..kamuu.. aku cemburuuuu...tau”
“Iyaa aku tau. Kamu jangan nakal yah selama aku tinggal”
“Iyaa.. kamu hati-hati yaa.. love you..”
“Love you too..”
“Miss you..”
-klik-

Thank you for read :)

Senin, 13 Agustus 2012

Untitle

Kata-kata pertama yang gue ucapin adalah alhamdulillah, puji Tuhan yang telah menciptakan alat tercanggih bernama "lupa". Mengapa "lupa", karena gue adalah salah satu penganutnya. Usut punya cerita, karena gue suka jadi gue suka cari sesuatu yang bisa memancing ingatan kalo si lupa lg kangen ma gue. Salah satunya, mencatat. Gue catet apa yang perlu dan harus gue catat, contoh: account2 email.

Yaa..maklumlah yah. Kadang kita harus membedakan email mana yang untuk resmi dan..untuk sekedar iseng untuk membuat account di social media.

Alhamdulillah sekali, setelah sekian lama. Ini blog bisa sign in kembali. Gue pernah coba beberapa waktu lalu, tapi selalu.. tak berhasil. Hari ini mungkin rejeki gue, jadi sekali open site, sign in, dan! tarraaa... Welcome to My Blog's Again.

Banyak cerita beberapa waktu ini. Tapi, Gue belum bisa share sekarang. Dikesempatan kali ini.

Well, cerita yang paling update mungkin, bahwa sekarang, hampir satu tahun ini gue jadi salah satu abdi Korean. Ternyata Korean Wave tidak hanya menyentuh dunia permusikan, dunia pekerjaan juga.

Cerita lainnya, lebaran tinggal menghitung hari. Ramadhan akan segera berakhir :(

Ok, lain waktu. Kita ketemu lagi, and hope, I'll keep always blogging T_T


Keep Smart Work's Fellas..

Sabtu, 29 Oktober 2011

Sekedar Kicauan

Lama ga nyentuh ini blog, jadi agak bingung juga mau mulai nulis dari mana.

Ah, sudahlah biar tanpa judul saja. Mungkin ini juga hanya ceracas-cerocos gue aja yang mungkin ga penting untuk kalian. Ehmm.. skedar mengingatkan kalian sedang berada di yudibastian.blogspot.com, so, apapun yang ada di blog ini (tanpa bermaksud offensive) terserah saya yah.

Terakhir gue nulis di blog ini, gue sedikit nyerempetin tentang gue yang baru aja diterima di perusahan multinasional yang berasal dari Negri Paman Sam. Selama gue kerja di sana, gue ga sentuh-sentuh ini blog. Sibuk? Tidak juga. Malas? Yah, lebih tepat seperti itu.

Bekerja di dunia retail yang jam operasionalnya 24 jam, membuat gue ketika libur, lebih memilih untuk stay di rumah dan punya waktu tidur lebih, dibanding melakukan hal-hal lainnya. Ini adalah strategi gue agar badan gue ga cepet drop. Sebab kalo tidak seperti itu, gue jamin, badan gue ga akan kuat dan akan lebih mudah sakit. Karena itu pula, gue kadang harus bisa menahan diri untuk sekedar bercengkrama dengan teman dan sahabat-sahabat gue. Gue juga harus sedikit melupakan sesuatu yang udah gue mulai sejak bangku kuliah, menulis.

Apapun yang terjadi itulah konsekuensi dari sebuah pekerjaan yang gue pilih. Ada pengorbanan? Yak, tentu saja. Gue rasa, setiap pekerjaan apapun pasti ada sisi-sisi lain yang harus dikorbankan.

Berjalannya waktu. Gue sangat berterima kasih bisa dikasih kesempatan bekerja di sana. Pengalaman luar biasa, yang mungkin ga akan gue dapat dua kali. Bekerja dengan tim-tim yang hebat dengan berbagai latar belakang yang berbeda, di manapun gue pernah di tempatkan.

Sampai akhirnya gue berada pada klimaks titik jemu.

Ada sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang gue pelajari dengan kenyataan yang gue hadapi. Sorry gue ga akan share lebih tentang hal yang satu ini. Cukup gue sendiri aja yang tau.

Saat titik jemu itu datang. Kesempatan lainnya datang secara tak terduga.

Perjudian besar. Ya, bisa dibilang seperti itu. Perusahaan yang dulu adalah perusahaan yang sudah memiliki nama besar dan punya pangsa pasar yang besar. Sedangkan yang sekarang adalah perusahaan yang baru saja melebarkan sayap-sayap investasinya di Indonesia. Tantangan terbesarnya adalah mengenalkannya kepada masyarakat Indonesia. Bukan sesuatu hal yang mudah tentunya. Tapi, apapun yang terjadi ke depannya, inilah jalan hidup yang gue pilih. Konsekuensi adalah hal yang wajar dalam setiap keputusan. Memulai sesuatunya dari nol lagi bukanlah suatu kesalahan.

Tuhan hanya memberikan jalan. Kita sendirilah yang menentukan di mana kaki ini harus melangkah. Tq

Rabu, 26 Januari 2011

Arab vs Cina (Potongan Proyek Kecil-Kecilan Saya)

Aihh… sudah lama sekali saya tidak menyapa kalian. Merindu uy!
Apa kabar agan-agan di sana? Baik-baik saja yah..

Hemm.. langsung aja gan! ini ada potongan cerita yang rencananya akan ada diproyek kecil-kecilan ane, yang sayangnya belum tau selesainya kapan. Wajib dikomentarin yah! :)

Cekidot.. !!

***
“ARAAAAAAPPPP….!!!”, ada suara cewek cempreng manggil gue dari ujung pintu ruang tv. Gue tau siapa pemilik suara cempreng itu.
“Oy Cin.”, jawab gue datar, tanpa antusias.
“Najis lo Rap!”, katanya begitu liat gue rada malas membalas sapaannya yang kelewat antusias. Dia lalu masuk, bergabung dengan kita duduk-duduk di sofa.

Cewek itu adalah Cina. Kenapa Cina? Ya karena dia emang cina. Orang Cina. You know-lah.. mata sipit dan berkulit kuning menuju putih.

Kalo orang yang tidak tau akar mulanya. Pasti gue udah dikira rasis!

Perlu kalian tahu, faktanya tidaklah begitu. Kami cinta damai. Tidak ingin menyulut api permusuhan antar etnis. Itu hanya keisengan gue dan si Cina itu.

Oh, tapi kenapa harus marah juga yah kalo ada orang lain memanggil kita dengan identitas genetik?

Kenapa juga yah harus risih kalo kita dipanggil arab, cina, jawa, sunda, atau negro??
Toh mau marah-semarahnya pun, tidak akan merubah keadaan. Memang begitulah fakta yang ada di tubuh kita.

Bukankah kalian tahu bahwa, Tuhan memang sengaja menciptakan kita berbeda-beda agar kita saling mengenal satu sama lain. Tuhan ingin mengenalkan kita, ini lho yang namanya orang melayu.. ini lho yang namanya orang jawa.. ini lho yang namanya orang cina.. ini lho yang namanya orang arab dan lain sebagainya.

Begitu pula antara pola pikir gue dan kalian. Inilah pemikiran gue tentang perbedaan dan jika kalian berbeda dengan apa yang gue pikirkan, itu adalah pilihan kalian. Kita memang hidup diantara banyaknya perbedaan dan semua tinggal bagaimana kita memandang perbedaan itu sebagai jurang permusuhan atau sebagai fasilitas yang membuat kita saling mengisi kekurangan.

Kisah gue dan si Cina bermula tempo hari saat gue ketemu dia di kelas. Hari itu dia pake baju yang bertuliskan “Jangan Panggil Aku Cina”. Gue langsung kepikiran, gue mau pake baju yang tulisannya “Jangan Panggil Aku Arab”. Trus gue berimajinasi si Janu pake “Jangan Panggil Aku Sunda”. Trus si Jhoni juga “Jangan Panggil Aku Jawa”. Seru juga kayanya.

Eh! tapi kalo semua orang begitu, gue jadi bingung. Mereka tuh serasa tidak bangga yah dengan suku bangsanya masing-masing.

“Terus gue musti manggil lo apa donk?!”, ujar gue begitu baca tulisan dibajunya ‘Jangan Panggil Aku Cina’. Orang yang identitas genetiknya Cina tapi tidak mau dipanggil Cina.
“Ya panggil nama gua donk!”, ujarnya sambil merapikan catetan kuliah hari itu.
“ohh.. ok ok.”, gue mengiyakan tapi tak lama kemudian gue sadar sesuatu,
“lhaaa.. nama lo khan Liu Nio. Itu khan kecina-cinaan juga”

Dia berhenti merapikan catetan, melihat tajam ke arah gue yang persis duduk di bangku di depannya,
“Terserah elo dah Rap!”, ujarnya jutek, lalu pergi tanpa pamit. Ngambek.

Wah! Kalo dia marah, harusnya gue juga boleh marah nih. Kalo diurutkan ceritanya lebih awal, dialah orang yang pertama kali manggil gue dengan “arab”. Padahal khan gue juga punya nama, Bona Al-Saidi, dan kearab-araban juga.

Karena manusia diciptakan berbeda-beda agar saling mengenal satu sama lain. Gue jadi ngerti bahwa tidak semua orang menerima dipanggil identik dengan tubuhnya. Gue adalah orang yang terbuka. Maksudnya gue bisa menerima dan tidak memaksakan kehendak jika berbuat salah.

Besoknya di kantin kampus, gue langsung ngajaknya makan bareng. Mau sekalian minta maaf. Sebelumnya, gue sms dia dulu, isinya kaya gini:
“Lili cantik. Nanti siang makan di kantin yuk! Arab bayarin. Lagi dapet gusuran minyak di Abu Dhabi”, sms dikirim. Kalo cuma sekedar bayarin ketoprak, soto atau bubur ayam mah gue masih sanggup dah.

“ok”,

Cuma itu sms balesan dari dia. Singkat padat dan penuh makna. Sekedar informasi, Lili itu adalah panggilan dari anak-anak cewek dan sebagian cowok lainnya di kampus.

“Kenapa si Rap? Kok diem aja”, ujarnya pas makan soto di kantin.
Gimana gue ga diem yak! Nah pas itu khan gue udah kaya tersangka utama. Penyulut api jika sampai terjadi peperangan antar etnis, terutama yang berkaitan dengan kecina-cinaan dan kearab-araban.

“Ngga napa-napa..”, ujar gue sambil pura-pura menikmati soto yang padahal mah siang itu kuahnya lagi keasinan.
“Rap maaphin Lili ya. Kemaren Arab Lili jutekin seharian”
“Iya Li maafin Arab juga. Kemaren udah salah. Bawa-bawa cina-cinaan”
Ini obrolan udah kaya pacar yang lagi marah-marahan dah.

“bhahahahaa…”
Gue bingung si Lili ketawa

“ohh.. jadi elo ngira gua marah gara-gara itu?”, todongnya tanpa basa-basi lagi
“iya”
“Murah banget gua, ngambek cuma disogok pake soto semangkok!”
“lhaa..trus lo marah kenapa?”
“kaga Arabb.. gua kaga marah gara-gara ituu..”
“trus?”, makin penasaran aja gue!
“Biasa Rapp.. penyakit cewek kalo lagi PMS. Bawaannya sensitip, pengennya marah-marah mulu”
“!@#$%^&* !!!” (ngga tau artinya? Sama, gue juga ga tau itu apa artinya :) lanjuutt..)

Ya Tuhan.. wanita adalah misterimu yang sangat menakjubkan!
Gila, itu emosi naik-turunnya drastis kalo lagi/mau dapet tamu bulanan.

Gue udah khawatir-khawatirnya. Dia cuma bilang itu akibat PMS!!

Besok-besok mungkin dia bakal nabrak gue pake mobil dan di rumah sakit pas gue udah lagi sekarat-karatnya, sambil senyum-senyum dia cuma bilang, “Biasa Rap.. lagi PMS”

SAKIT JIWA !!

Dari sanalah bermulai, tiada dusta diantara kita (dangdut kalii..). Kita tidak memunafikan diri. Kalo gue dipanggil arab ya emang begitulah identitas genetik gue. Kalo si Lili gue panggil cina, ya memang begitu faktanya. Kalo gue panggil si Janu sunda ya memang dia orang sunda. Kalo si Jhoni gue panggil jawa gila. Itu emang pantes!

Tapi tentu, semua panggilan itu juga masih tergantung kondisi. Gue ngga mungkin jugalah manggil si Lili dengan Cina di depan orang tuanya. Karena bisa saja orang tuanya salah menangkap arti sapaan gue itu. Sapaan yang sebetulnya untuk mengakrabkan akan terdengar penghinaan jika lain kondisi dan suasana.
***

Thanks udah mau nyimak gan..
Mohon responnya gan.. ^_^

Selasa, 07 Desember 2010

Untukmu Wanita

Senang rasanya bisa kembali menyapa kalian. Langsung saja, satu lagi persembahan dari ane ^_^

Untukmu Wanita

Ketika Tuhan menciptakan wanita , Dia lembur pada hari ke-6. Malaikat datang dan bertanya, "Mengapa begitu lama Tuhan?"

Tuhan menjawab, "Sudahkah engkau lihat semua detail yang Aku buat untuk menciptakan mereka? 2 tangan ini harus bisa dibersihkan, tetapi bahannya bukan dari plastik. Setidaknya terdiri dari 200 bagian, yang bisa digerakkan dan berfungsi baik untuk segala jenis makanan. Mampu menjaga anak-anak, memiliki pelukan yang dapat menenangkan hati dari keterpurukan. Semua dilakukannya dengan 2 tangan ini."

Malaikat itu takjub, "Hanya dengan 2 tangan?"

Tuhan menjawab, "Ya dan Aku akan menyelesaikannya, karena ini adalah ciptaan favoritku. Dia juga akan mampu menyembuhkan dirinya sendiri"

Malaikat mendekat dan mengamati bentuk ciptaan Tuhan itu.
"Tapi Engkau membuatnya begitu lembut Tuhan?"

"Ya, Aku membuatnya begitu lembut, tapi engkau belum bisa membayangkan kekuatan yang Aku berikan agar mereka dapat mengatasi banyak hal yang luar biasa?"

"Dia bisa berpikir?", tanya malaikat.

Tuhan menjawab, " Tak hanya berpikir, dia mampu bernegoisasi."

Malaikat itu menyentuh dagunya.
"Tuhan Engkau buat ciptaan ini kelihatanya lelah dan rapuh, seolah terlalu banyak beban baginya."

"Itu bukan lelah atau rapuh. Itu AIR MATA"

"Untuk apa?", tanya malaikat

Tuhan melanjutkan, " AIR MATA adalah salah satu cara dia mengekspresikan kebahagiaan dan penderitaannya"

"ENGKAU memikirkan segala sesuatunya. Ciptaan-Mu ini sungguh menakjubkan! "

"Ya. Wanita ini akan mempunyai kekuatan bagi laki-laki.
Dia dapat mengatasi bebannya sendiri dan bahkan mengatasi beban laki-laki.
Dia mampu menyimpan kebahagian dan pendapatnya sendiri.
Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit.
Dia berkorban demi orang yang dicintainya.
Dia menerjunkan diri untuk keluarga.
Dia begitu bahagia mendengar kelahiran.
Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang.

Hatinya akan begitu sedih ketika mendengar berita sakit dan kematian. Akan tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup, dia tahu bahwa sebuah pelukan dapat menyembuhkan luka.

Hanya 1 Kekurangan dari Wanita itu,
DIA LUPA BETAPA BERHARGANYA DIA


Makasih udah mau nyimak gan ^_^