Minggu, 23 November 2008

Terimakasih Engkau Mimpiku

Semakin Lama Waktu Yang Terlewatkan
Semakin Lama Dirimu Dalam Ingatan

Aku Masih Saja Terlelap Dalam Satu Impian
Sedangkan Engkau Telah Membangun Mimpi Baru
Menggenggam Indahnya Hari Esok
Merajut Ruang Waktu Yang Elok

Disaat Aku Masih Termenung
Engkau Telah Merasa Riang dan Bahagia
Melewatkan Hari Dengan Tawa
Merangkai Senja Dengan Warna

Walaupun Aku Masih Saja Termenung Dengan Satu Impian
Aku Tak Merasakan Kecewa

Aku Berharap Ada Secercah Harapan
Yang Dapat Aku Raih, Lalu Aku Wujudkan
Menjadi Puing-Puing Kasih Sayang
Yang Kuikatkan Dalam Cinta
Dan Kuberi Wadah Dengan Kebahagiaan

Kini Maafkanlah Aku
Karena Mungkin Mimpi Ini Akan Segera Ku Akhiri

Terik Matahari Telah Datang Menyapaku
Menerangkan Pandangan Mata,
Menyadarkan Raga

Aku Harus Bergegas
Menyiapkan Diri,
Menghadapi Pagi

Terimakasih Untuk Engkau, Mimpiku
Terimakasih Telah Hadir Dalam Lelapku


by; Yudi Bastian

Selasa, 18 November 2008

Kontroversi Laskar Pelangi

Aneh banget! Pas tuh novel ma filmnya udah melambung tinggi, ada aja yah yang ngaku-ngaku..
Dasarlah orang Indonesia (kaya gue ga aja’)..

Kalo kata gue sih ni orang ga mau aja ketinggalan terkenal, hahahaa..
Kenapa yah si mawar (sebut saja wanita itu mawar) itu mengakunya pas filmnya booming yah, padahal novelnya lebih dulu booming. Kalo emang dia itu salah satu dari karakter dalam ceritanya seharusnya pas novelnya booming dia udah ngaku-ngaku tapi kenafaa..baru sekarang?? Telat banget sii lho’
Tapi masa bodo ah dengan aspek eksternalnya, Laskar Pelangi (novel n filmnya) tetap karya yang patut diberi pujian..

Hidup Andrea Hirata!
Hidup Karya Sastra Indonesia!
Hidup buat gue juga! Hehehee..ga mau ketinggalan juga ahh..

Sabtu, 08 November 2008

Hayo' Majukan Budaya Nasional, Dananya???

Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Rabu siang, gue dateng ke acara puncak Dies Natalis Fakultas Sastra yang ke-50. Sebenarnya rangkaian acara Dies Natalis ini sudah dimulai dari minggu sebelumnya tapi berhubung gue lagi KKNM ya baru bisa ke kampus pas ada kuliah ajah.

Pada acara puncak ada yang menarik dan patut gue datengin, yaitu stadium general oleh Bung Rano Karno a.k.a Si Doel. Kenapa gue harus menghadiri?? Jawabannya pas denger nama Rano Karno pasti memori yang terlintas adalah Si Doel Anak Sekolahan. Alasan yang tepat bukan! Si Doel Anak Sekolahan identik dengan budaya Betawi dan gue lahir dari seorang ayah dan ibu yang kebetulan berasal dari suku Betawi, maka bangkit pulalah rasa kesukuan gue..

Diacara tersebut bang Doel dalam makalahnya menyampaikan kuliah bertema “Memberdayakan Potensi Budaya Lokal (Sunda)”. Bang Doel menyampaikan kuliah dengan baik dan tidak kalah juga dengan kuliah yang disampaikan oleh dosen sini. Bang Doel dalam ceramahnya memberikan semacam masukan motivasi untuk kita semua bersama-sama untuk mengembangkan budaya lokal, budaya dari suku-suku kita. Pengalaman yang berharga bisa menjadi bagian dari kuliah bersama ini.
Ketika telinga ini masih tertuju perkataan-perkataan Bang Doel, otak ini justru mampir ke memori beberapa bulan yang lalu. Bukan ketika melihat “Merah Marun” yah (hanya orang-orang tertentu yang tau dibalik nama “Merah Marun” itu). Saat itu kami berjuang keras untuk mengadakan suatu acara yang bertemakan budaya. Huh! Luar biasa perjuangannya, mulai dari konsistensi panitianya yang naik turun karena kejelasan acara yang berubah-ubah, penolakan proposal-proposal oleh calon sponsor, sampai perizinan sana-sini yang menguras tenaga, pikiran, dan perasaan. Namun akhirnya kami tetap berhasil melaksanakannya. Nama acara tersebut “Kampung Budaya Unpad”. Kini Kampung Budaya Unpad sedang berproses ditahunnya yang ke-2. Sukses untuk kalian teman-teman yang bergabung dalam kepanitiaan. Maaf kami terpaksa tidak bisa bergabung kembali.

Kembali ke acara kuliah bersama oleh Bang Doel. Saat sesi pertanyaan ditawarkan beberapa orang yang hadir langsung mengacungkan tangan. Dalam hati gue juga punya pertanyaan yang gue ambil dari pengalaman mengikuti kepanitiaan Kampung Budaya Unpad. “Ketika sekelompok mahasiswa dengan semangat yang tinggi untuk mengembangkan potensi budaya nasional, kendala klasik tapi menentukan adalah kendala keuangan. Adakah solusi untuk kendala tersebut? Karena setiap kami memasukkan proposal-proposal selalu dipentalkan oleh perusahaan-perusahaan, menurut mereka tema budaya tidak cocok dengan konten produk mereka. Padahal diantara perusahaan tersebut terdapat salah satu perusahaan yang diiklannya selalu menampilkan sisi-sisi budaya nasional dan yang ironi ketika proposal kami hampir ditolak oleh dinas pariwisata. Bahkan kalo kami tidak bernegosiasi yang baik bantuan dari pihak rektorat pun tak akan turun”. Pertanyaan tersebut gue mau sampaikan kepada Bang Doel selaku budayawan dan seorang ibu dari dinas pariwisata Indonesia. Namun pertanyaan itu masih dalam angan gue aj karena terkendala waktu, maka terjadi pembatasan pertanyaan. Sudahlah pertanyaan tersebut masih tersimpan.

Rabu, 05 November 2008

Surat Untuk Mama Terkasih

Gue nemuin sebuah surat yang mengharukan (setidaknya menurut gue)..

coba aja nih lo baca..

"Surat Untuk Mama Terkasih"

Mamaku sayang, aku mau cerita sama mama. Tapi ceritanya pake surat ya.Kan, mama sibuk, capek, pulang udah malem. Kalo aku banyak ngomong nanti mama marah kayak kemarin itu, aku jadinya takut dan nangis.

Kalo pake surat kan mama bisa sambil tiduran bacanya. Kalo ngga sempet baca malem ini bisa disimpen sampe besok, pokoknya bisa dibaca kapan aja deh. Boleh juga suratnya dibawa ke kantor.

Ma, boleh ngga aku minta ganti mbak? Mbak Jum sekarang suka galak,Ma. Kalo aku ngga mau makan, piringnya dibanting di depan aku. Kalo siang aku disuruh tidur melulu, ngga boleh main, padahal mbak kerjanya cuman nonton TV aja. Bukannya dulu kata mama mbak itu gunanya buat nemenin aku main?

Trus aku pernah liat mbak lagi ngobrol sama tukang roti di teras depan. Padahal kata Mama kan ngga boleh ada tukang-tukang yang masuk rumah kan? Kalo aku bilang gitu sama mbak, mbak marah banget dan katanya kalo diaduin sama Mama dia mau berhenti kerja.

Kalo dia berhenti berarti nanti Mama repot ya? Nanti Mama ngga bisa kerja ya? Nanti ngga ada yang jagain aku di rumah ya? Kalo gitu susah ya, Ma? Mbak ngga diganti ngga apa-apa, tapi Mama bilangin dong jangan galak sama aku

Ma, bisa ngga hari Kamis sore Mama nganter aku ke lomba nari Bali? Pak Husin sih selalu nganterin, tapi kan dia cowok, Ma. Ntar yang dandanin Aku siapa? Mbak Jum ngga ngerti dandan. Ntar aku kayak lenong. Kalo Mama kan kalo dandan cantik.

Temen-temen aku yang nganterin juga mamanya. Waktu lomba gambar minggu lalu Pak Husin yang nganter; tiap ada lomba Pak Husin juga yang nganter. Bosen, ma. Lagian aku pingin ngasi liat sama temen-temenku kalo Mamaku itu cantik banget, aku kan bangga,Ma. Temen-temen tuh ngga pernah liat mama. Pernah sih liat, tapi itu tahun lalu pas aku baru masuk SD, kan Mereka jadinya udah lupa tampangnya mama.

Ma, hadiah ulang tahun mulai tahun ini ngga usah dibeliin deh. Uangnya Mama tabungin aja. Trus aku ngga usah dibeliin baju sama mainan mahal lagi deh. Uangnya Mama tabung aja. Kalo uang Mama udah banyak,kan Mama ngga usah kerja lagi. Nah, itu baru sip namanya. Lagian mainanku udah banyak dan lebih asyik main sama Mama kali ya?

Udah dulu ya, ma. Udah ngantuk. I love you Mom,..(aku tanya bu guru katanya artinya "aku cinta padamu", berarti aku juga boleh mencintai mama ya )


Coba bayangkan! Bagaimana perasaan seorang ibu jika menerima surat semacam itu dari anak yang dikasihinya? Dan bagaimana pula reaksi seorang ayah jika membaca surat tersebut? Masa bodohkah? Marahkah? Sedihkah? Bingungkah? Atau menantang kita untuk memikirkan kembali prioritas hidup yang kita jalan selama ini?

Mengharukan Bukan!