Selasa, 13 Juli 2010

Tawamu Membuat Saya Senang (Cerpen)

Ole..!!
Akhirnya bs juga muncul kembali nih di dunia pertulis-tulisan. Hmm..tinggal di rumah ternyata lebih banyak godaannya! Dikit-dikit, Kak Yudi..main ini, main itu.. trus kak Yudi..beli ini, beli itu.. ahahaa..tp gapapa, semua itu sungguh menyenangkan dan sekarang, mulai dari senin kemarin semua itu resmi berakhir. Setidaknya dari pagi sampe jam 12 siang. Karena mereka, keponakan-keponakan ane itu udah pada balik ke sekolahnya masing-masing. Aheiy!!

Awalnya ane mw meneruskan hasil percobaan olahan kerangka cerita panjang ane tempo hari tapi ternyata pas udah nulis jadinya malah jadi keluar konten, ahahahaa..dari pada tanggung yawdah ane selesain buat jadi cerpen aj deh. Biar tidak ada kesalahpahaman jadi ane perlu menegaskan bahwa cerita ini adalah FIKSI ^_^. Langsung di-cek aja gan dan jangan lupa dikomentarin yak!! Wajib..!!


Tawamu Membuat Saya Senang

Seperti biasa sehabis bekerja saya mengajak pacar pulang bersama. Seperti biasa saya yang akan menjemputnya. Seperti biasa juga dia, si pacar saya, menunggu di depan kantornya. Tapi, tidak seperti biasa wajah cantik pacar saya berubah jadi kusut seperti itu ketika saya jemput.

“Pasti ada sesuatu”, curiga saya dalam hati.

Oleh karena kusutnya wajah cantik pacar saya, jadi saya harus tau situasi. Bahwa saat ini bukan saat yang tepat buat saya mengatakan, “saya mau menyetrika wajah kusut kamu biar lurus”. Karena bercanda di saat seperti ini, bisa saja menimbulkan tabrakan antar planet atau rusaknya rotasi planet-planet di galaksi Bima Sakti. Sensitifnya pasti masih tinggi.

“Neng beli cartridge dulu ya”, ujar saya kepadanya tapi si-nya masih kusut dan lesu. Dia hanya menjawab singkat dengan mengangguk, “iya”

Sungguh teman, ketika pacar lagi kusut seperti ini rasanya tidak enak. Ingin rasanya segera menyampaikannya ke rumah. Tapii..ah kena macet! Baiklah sepertinya menaikkan kecepatan motor ini adalah alasan yang cukup baik. “Neng pegangan”, ujar saya langsung kebut itu motor!

Saya salip itu semua mobil sepanjang jalan!
Ngesot di tikungan!!
Terabas lampu merah!!
Jemping di depan rumah sakit!!
Turun kek orang gila sepanjang gang!!
ampir nabrak becak di komplek!!
swiiinnggg… akhirnya nyampe juga di rumahnya.

“a, katanya mau beli cartridge?”
--Krik..krik..krik..--

Akhirnya dengan setengah mengulang rute tadi saya berhasil membeli itu cartridge dan kembali sampai di rumah pacar untuk kedua kalinya. Maklum terlalu bersemangat.

Si pacar sudah habis mandi ketika saya datang (lagi) ke rumahnya. Ah, beruntung rasa punya pacar seperti dia. Dikala mandi pun cantiknya tidak luntur oleh air. Bahkan karena mandi badannya malah jadi bersih dan segar. Tapi raut mukanya masih agak kusut jadi menurut saya itu tidak cantik.

Di rumahnya sedang tidak ada orang. Orang tuanya pergi menjenguk saudara yang sedang sakit. Jadi saya dipinta untuk menemaninya. Saya dipersilahkannya duduk di sofa ruang tamu. Dibuatkannya saya segelas orange juice dingin. Diserahkannya itu orange juice dingin ke saya dan dia duduk disamping saya sambil menyandarkan kepalanya dibahu saya. Segar rasanya itu orange juice saya minum. Tapi kurang indah karena yang membuatnya sedang kurang bergairah.

“kenapa?”, saya bertanya dengan hati-hati. Dia lalu cerita. Alaaahhh…nyatanya soal biasa. Masalah kantor yang bikin dia sedih. Bikin dia kesel. “oh, jangan kesel. Justru harusnya kamu harus senang, biar orang yang bikin kamu kesel jadi merasa tidak berhasil bikin kamu kesel. Jangan sedih juga, nanti kita yang rugi..”
“Rugi apa?”
“karena ketika kita lahir orang tua kita senangnya bukan main..” sumpah demi Tuhan, saya sendiri tidak sadar bias berbicara seperti ini.
“hehehe. Iya”, akhirnya dia tertawa.

Tidak lama kemudian hujan datang membawa komplotannya sehingga menjadi deras.
“Neng tau kenapa orang-orang takut kehujanan?”, demi Tuhan, sekali lagi ini keluar secara spontanitas.
“kenapa?”, dia jawab dengan pertanyaan.
“karena hujan datengnya keroyokan”
“hehehee..garing”, ujarnya tapi tetap saja.. meskipun garing dia tetap tertawa. Lanjut.

“Neng tau di dalem matahari itu dingin?”
“lho! Emang gtu?”, sebagai mantan penghuni kelas IPA dia patut keheranan dan beginilah ekspresi jika manusia sedang dilanda kesensitivan tingkat tinggi, mudah tertipu daya.
“khan ada AC-nya neng”
“huuu…garing-garing. Hehehee.”, lagi, meskipun garing tapi dia tetap tertawa. Mungkin tertawanya karena dia merasa ditipu daya kali yah.

“ganti singkatan a!”, nah sekarang dia mulai ikutan, “neng duluan!”, pintanya
“iya”
“Apakah kepanjangan? Singkatan IPOLEKSOSBUDHANKAMNAS? Jawab a!”
Wah dia sungguh ingin mengetes kemampuan saya, “Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Kemanan Nasional”, jawab saya bersemangat dan bergaya seperti orang pintar saja laga-nya.

“salaahhh..ahahahaa..”, dia tertawa geli sekali. “jawabannya iya betul kepanjangan, ahahahaa..”, dia tertawa lagi. Saya juga tertawa. Tertawa akibat malu. Tadi saya menipu dia, sekarang gantian saya yang kena tipu.

Tidak lama kemudian hujan pun reda. Orang tuanya pun tiba di rumah. Oleh sebab itu kini tugas saya menjaganya akan saya limpahkan kembali ke orang tuanya. Eh! Ini bukan karena saya lelaki yang tidak bertanggung jawab yah. Ini karena memang kami belum menikah. Jadi, masih tanggung jawab orang tua masing-masing.

Saya berpamitan kepada orang tuanya dan dia, si pacar mengantarkan saya ke gerbang rumah.
“lebih baikan khan?”, tanya saya padanya
“iya”, jawab si-nya dengan senyum termanisnya malam ini
“Terima kasih donk..”
“iya, terima kasih ya a”
“...kepada Tuhan”
“iya kepada Tuhan”
“...karena sudah memberikan pacar yang baik”
“hrrk..hrrkk..hrrkk..”, itu suara dia pura-pura ngorok sambil menyandarkan kepalanya dibahu saya.

Saya pamit dan saya pulang dengan senang.
***

Jangan lupa komennya yak!

Tidak ada komentar: