Rabu, 22 Oktober 2008

In Memoriam Timdis


Banyak orang mengatakan ospek adalah kegiatan yang tak berguna. Kegiatan yang diadakan untuk senior-senior yang senang menginjak dan menjatuhkan juniornya.

Berbeda dengan orang-orang tersebut, gue justru senang dengan adanya kegiatan ospek. Ok! Sekarang namanya bukan ospek lagi. Disetiap universitas, fakultas atau bahkan jurusan sudah mengharamkan penggunaan kata “ospek” sebagai kegiatan penyambutan mahasiswa baru. Terlepas dari nama-nama kegiatan pengenalan kampus tersebut, gue justru senang dengan keberadaan acara ospek dan sejenisnya. Aneh! Tapi buat gue ajang tersebut banyak bermanfaat, bisa lebih kenal sama temen-temen baru bahkan sampai senior-senior yang boleh dikatakan seniornya senior.. hahahaa…

Acara tersebut mengenalkan kita bagaimana bertindak dalam situasi senang (kaga’ akan bisa senang sii dalam ospek mah, sedikit ketawa ada aja senior yang ngomel-ngomel), Susah ( gimana ga susah disuruh bawa yang macem-macem?), dan lelah (klo ini kolektif rasa ikut acara beginian)..

Ospek atau apalah namanya buat gue sangat asyik buat dikenang. Sangat lumayan buat bercerita kepada adik, saudara, anak, cucu nantinya..

Saat ini alam bawah sadar gue sedang membawa makhluk yang bernama lengkap Yudi Bastian ini berkelana dalam memori ketika menjadi Steering Committee Pengenalan Fakultas Sastra 2008 (SC PFS 2008). Setelah dua tahun berturut-turut berpartisipasi menjadi panitia pelaksana, sekarang di tahun yang ketiga gantian gue yang harus berbagi ilmu dan pengetahuan ke adik-adik panitia pelaksana atau Organizing Committee (OC).

Pengalaman hebat teman-teman!
Ternyata gue dan teman-teman SC yang lain bisa membuat OC melaksanakan tugasnya dengan baik dari awal sampai akhir. Walaupun ada banyak kekeliruan, kesalahan, dan kekurangan, namun mereka juga membuat banyak hal-hal yang bagus dan patut mendapat pujian.

Ketika menjadi panitia selama dua tahun gue selalu menjadi Tim Disiplin (Timdis), maka otomatis ketika menjadi SC pun gue ga lepas dari Timdis. Membantu teman-teman SC satu divisi, M. Aji Moerdani (kordinator SC Timdis), Muhammad (fisik), dan Bintang Stevi Tania (vocal) gue memegang tugas utama sebagai penyampai materi teori dan praktek latihan malam. Oh iya ada satu lagi yang tak patut dilupakan Bapak Gilar Ramdhani sebagai kordinator SC keseluruhan..

Selama penyampaian materi gue bersama teman-teman kadang menyimpan keirian kepada OC. Klo dibolehkan kami ingin berposisi seperti mereka kembali. Hal yang sangat mustahil diwujudkan, mengingat ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, menjadikan kami bertugas sebagai OC selama dua tahun saja.

Banyak hal yang membuat kita kadang merindukan masa-masa latihan dan saat beraksi dihari pelaksanaan. Saat latihan banyak kejadian-kejadian lucu dan menyenangkan serta sedih yang mengharukan tersaji oleh kita untuk kita. Selama hari pelaksanaan kesulitan dan penyebalan disajikan oleh kita ke mahasiswa baru. Semuanya menjadi lucu ketika kita mengingat-ingat dimana kita yang berada sebagai mahasiswa baru. Lugu, polos yang penuh kepatuhan terhadap perintah senior dan sedikit kenakalan untuk mencari perhatian.

Tanpa maksud membeda-bedakan inilah orang-orang yang mendapat kesempatan langka menjadi Timdis 2008, Timdis yang kata salah satu kita disebut mempunyai Idealisme tentang bagaimana memandang kesalahan yang terjadi di dalam sebuah tim. Mereka adalah:
1. Agus Priyanto, si kordinator.
2. Febriyana, pasangannya si bapak koor.
3. Fushila Insani Solihat, masih tetep dengan cerewetnya.
4. Laras Sukmaningtyas a.k.a boyas, dengan kaca mata dan agak kecengoannya.
5. Rona Maryefti N, dengan kekalemannya.
6. Amelia Triane, lebih okeh Mel di Provokator..keren’
7. G. A. Rilis Cininta, yang suka bermanja-manjaan klo sehabis latihan.
8. Adi Prasetya, si orator dengan aksen jawanya dan ehm.ehmm..cinlok ni a’
9. Rico Verdian, masih dengan pertanyaan-pertanyaannya yang polos.
10. P. Jaka Pratama, payah Jekk.. ahahaa..ngga-ngga canda.
11. Resya Aprilian, ehm..push-upnya
12. M. Rizky Akbar, dipuji dikit dah ge-er..
13. R. Rakhmawati Khasanah, satu-satunya cewe berkerudung di Timdis kali ini, oh iya idealismenya mbak ehm..jangan kejurusan atuh ini kahn acara fakultas..
14. Amelia Hani, heran deh pas latihan disuruh ke depan langsung pucet-pucet tapi pas hari H, beuhh..galak amat mbak’
15. Saskia Soraya, patut disayangkan ya mbak ga bisa ikut pas hari H, tahun depan ikut lg aj ya.
16. Shinta Agustin, si kecil yang hobi ngupil.. dah dalem Taa..
17. Yuni Khairrunisa, ehm..cinloknya pak orator nih, dan masih tetep dengan aksen sundanya.
18. Dewi Yuliani, nah ni dia yang kata salah satu senior disebelin pas pengukuhan.
19. Feny Febriantini, pindah jalur ya mbak tapi maaf keinginanmu tak bisa dikabulkan.
20. Kristha Immanuel G, kritis c kritis tp so iye ni orang.
21. Yuki Permana, ni orang sedikit banget klo ngomong, panteskan ditaro di eksekutor.
22. Revyna Nurlisa Bella, selalu dengan eye shadow-nya, hampir sama kaya Yuki , Bella juga hemat klo ngomong tapi ini pas latihan aj, pas dah diluar mah ramee..
23. Rangga Hargo Baskoro, jalannya itu lho mas..hehehee…
24. Rinaldi Pratama, dasar’ bocah! Ga bisa diingetin sekali.
25. Didit Mardiansyah, hayo mas ajak nak-nak Timdis offroad, hahaa…
26. Nanda Yuniastuti, keras kepala parah ni orang.
27. Ghea Raissa, anak gahulnya Timdis nii, pas hari H nyerocos ajaa..
28. Imas Khotimah H, klo yang ni ce-es-nya c anak gahul, ahahaa.. keren’ Mas jd eksekutornya.
29. Mochamad Davie, jangan bisa cuma ng-plagiatin orang, kerja yang bener.
30. Andri Asmoro, sayang ya ga ikutan pengukuhan jadi ga tau deh jawaban yang ditanyain tempo hari.

Hohoo…masih ada satu lagi tapi dia ini Timdis yang sukses berposisi sebagai korlap (kordinator Lapangan) Deni Kurniawan..

Jaga Terus Kekompakan, Go-Fight-Win Timdis!!!

Rabu, 08 Oktober 2008

Pagi Ini

Alhamdulilah pagi ini Allah masih memberi aku kesempatan untuk menghirup udara pagi
Walaupun hari-hari yang lalu selalu aku lewatkan dengan perbuatan dosa yang hina

Ketika udara yang diselimuti embun pagi mulai memasuki lubang-lubang hidungku
Ketika matahari meranjak dari ufuk timur
Kurasakan indahnya pagi ini
Manusia hina ini kembali diberi kesempatan merasakan dunia fana ini

Manusia ini kembali akan perbuatan dosanya
Entah apa bentuknya,
Entah apa besarnya,
Entah berapa banyak jumlahnya
Namun Engkau selalu setia dengan ke maha pengampun-Mu

Aku tak tau kapan ku perbuat dosa itu
Aku tak tau mengapa aku berbuat dosa
Bahkan setiap kebaikan pun aku takut berbuat dosa

Engkaulah yang berkehendak menentukan segalanya
Aku hanya bisa berbuat dengan usahanya
Engkaulah yang maha mengetahui segalanya
Aku hanya tau Engkau selalu memberikan apa yang umatmu butuhkan
Bukan apa yang ia inginkan

Setengah Nafas

“Setengah Nafas”

KuSandarkan Diri pada Lamunanku
Bersama Cinta tak SadarkaH Dia,
Aku Hanya Mampu Memendam Rasa ini Dalam-dalam

Ragaku Mungkin diSini, BerSama Mereka,
tapi JiwaKu Pergi
PikiranKu TerSandar olehnya dan
Semua AnganKu Hanya Mampu KuSimpan Sendiri Malam ini

KuSandarkan DiriKu pada Bahu Mereka yang Ada diSini
Saat Malam Semakin Larut,
JiwaKu Pun Semakin Larut TerBawa Pergi

Sampai AkhirNya
Aku Mampu Menghela Setengah NafasKu dan
SetengahNya Lagi Belum TerJawab,

Sudah BiarKan SemuaNya TerJawab hari Esok,
Karena Ku Tahu
Malam Ini Dia Telah Terjaga..

(ioudi)

Behind The Love


Manusia memang makhluk rumit. Dan suka aneh sendiri. Hal-hal yang pingin kita omongin, atau yang harus kita bilang, justru malah nggak pernah kita ungkap. Parahnya lagi, kita terbiasa pake simbol-simbol atau kata-kata lain buat nunjukin arti sebenernya. Walhasil, seringnya maksud kita itu jadi nggak terkomunikasikan dan bikin orang lain ngerasa bete, nggak disayang, nggak dihargai.

Iya sih, ada saat-saat kita ngerasa nggak nyaman mengekspresikan cinta yang kita rasa. Karena takut mempermalukan orang lain, atau diri kita sendiri, kita ragu buat bilang, “I love you”. Jadinya, kita menyampaikan perasaan itu lewat kata-kata yang lain; “jaga diri baik-baik”, “belajar yang bener”, “hati-hati di jalan”, “jangan ngebut”, “jangan lupa makan”. Tapi, sebenernya, itu cuma opsi-opsi lain dari perkataan yang sesungguhnya; “saya sayang kamu”, “saya peduli sama kamu”, “kamu sangat berarti buat saya”, “saya nggak mau kamu terluka”.

So, nggak ada salahnya kita coba MENDENGARKAN CINTA lewat kalimat-kalimat yang dikatakan orang lain. Ungkapan eksplisit itu penting, tapi bagaimana kita mengungkapkannya bisa jadi jauh lebih penting. Setiap pelukan bermakna cinta meski kata-kata yang keluar sangat berbeda. Setiap perhatian yang diberikan orang lain menyimpan cinta walau bentuknya kaku, atau mungkin kasar. Yang pasti, kita harus mencari dan mendengar cinta yang ada dibaliknya.

Seorang ibu bisa ngomelin anaknya karena nilai rapot atau kamar yang berantakan. Si anak mungkin hanya mendengar omelannya. Tapi kalo dia bener-bener MENDENGAR, dia bakal mendapatkan cinta di sana. Kepedulian dan cinta ibunya muncul dalam bentuk omelan. Tapi gimana pun juga, itu adalah cinta.

Seorang gadis pulang larut malam, dan akhirnya dapet “kuliah gratis” dari bokapnya. Gadis itu cuma nangkep kemarahan sang bokap. Tapi kalo dia mencoba untuk MENDENGARKAN CINTA, dia bakal menemukannya. “Kamu gimana sih, Papa jadi khawatir sama kamu”, kata bokapnya. Tau nggak, itu sama aja dengan “Papa sayang dan peduli sama kamu. Kamu sangat berarti buat Papa” yang sayangnya, nggak tersampaikan dengan lisan.

Kita mengungkapkan cinta dalam banyak cara–hadiah ulang tahun, pesan-pesan kecil, dengan senyuman, dengan air mata. Cinta nggak hanya ada dalam kata-kata, tapi juga dalam diam. Dan seringkali kita menunjukkan cinta dengan memaafkan orang yang nggak mau mendengar cinta yang kita sampaikan.

Masalah dalam “mendengarkan cinta” adalah kesulitan dan keterbatasan kita untuk mengerti bahasa cinta yang dipakai orang lain. Yang kerap terjadi,kita jarang mendengarkan orang lain. Kita mendengar kata-kata, tapi kita nggak mempertimbangkan ekspresi atau tindakan-tindakan yang mengiringi kata-kata itu. Sering juga kita cuma bisa mendengar hal-hal negatif, penolakan, kesalahpahaman dan mengabaikan cinta yang menjadi dasarnya.

Dengerin deh, cinta-cinta yang ada di sekitar kita. Kalo kita bener-bener berusaha mendengarkan, kita bakal temui bahwa kita sebenarnya memang dicintai. Mendengarkan cinta bisa membuat kita sadar bahwa dunia ini adalah tempat yang begitu indah.

Cinta adalah anugerah.
Membuat kita tertawa.
Membuat kita bernyanyi.
Membuat kita sedih.
Membuat kita menangis.
Membuat kita bertanya “kenapa?”
Membuat kita menerima.
Membuat kita memberi.
Dan yang paling penting, membuat kita hidup.

Bukanlah kehadiran atau ketidakhadiran yang penting; kita nggak perlu merasa kesepian meski kita sedang sendiri. Sendiri itu perlu, lho. Dan itu jangan sampe membuat kita jadi kesepian. Yang jadi masalah bukan berada bersama seseorang, tetapi berada untuk seseorang.

Jangan pernah ragu nyatakan cinta. Jujurlah dengan apa yang kita rasa dan katakan. Nggak ada ruginya mengekspresikan diri. Ambil kesempatan untuk mengungkapkan pada seseorang betapa pentingnya dia buat kita. Lakukan, buat perubahan, hindari penyesalan.

Satu lagi, tetaplah dekat dengan kawan dan keluarga, karena mereka udah berjasa membangun diri kita yang sekarang. Cinta memang ada untuk ditebarkan. Dan saat cinta yang kita berikan diterima, atau dibalas, itulah saat hidup menjadi penuh makna.

Merah Marun (Mencoba Mencerpen)


”Dit uangnya udah kakak kirim 200rb, nanti tasnya kamu paketin aja yach.”
06/04/2007
04:43
Sender : kaka’Qu

Hari ini gue memulai kehidupan dengan membaca sms dari kakak gue. Kakak terbaik yang sangat pengertian terhadap adiknya ini. Dia minta tolong untuk dibelikan tas di Bandung. Sebagai seorang laki-laki, gue bingung harus membeli tas seperti apa untuk seorang wanita. Apalagi tas yang bisa dibawa ke kantor. Huh! Merepotkan. Namun sebagai seorang adik gue harus membelikannya. Aha! Muncul ide, gue akan minta tolong ke Dina untuk membelikan tasnya. Soalnya teman gue yang satu ini sangat stylish fashion dan gue yakin, Dina pasti tau selera untuk seorang wanita seperti kakak gue. Tanpa pikir panjang gue langsung mengirim sms (short message service) ke Dina, isinya minta tolong dibelikan tas yang sesuai selera kakak gue.

***

Selesai kuliah jam 11:30 gue pergi ke atm. Tapi nanti gue harus ke kampus lagi, gue janjian mau memberikan uang, untuk membelikan tas kakak gue ke Dina siang ini. Karena dia masih kuliah sampai jam satu kurang sepuluh jadi kita janjian mau ketemu di kampus aja. Gue ada perkuliahan lagi nanti jam satu pas, sekarang jadwal gue kosong. Jadi gue pikir ngambil uang di atmnya sekarang aja.

Sesampainya di atm center yang ada di gerbang utama kampus terlihat antrian yang sangat panjang. Kalo seperti ini biasanya gue akan mengurungkan niat masuk antrian, lalu segera gue putuskan untuk ke atm yang ada di kantor bank cabang pembantu di gerbang timur. Jaraknya sekitar lima ratus meter dari gerbang utama.

Awalnya gue berpikir pergi ke bank dengan menggunakan angkutan gratisan yang ada dilingkungan kampus, tapi berhubung angkutannya selalu penuh terus jadi gue putusin untuk berjalan kaki sajalah. Terik matahari begitu menyengatnya sehingga terasa seperti membakar kulit, bahkan trotoar yang diberi atap ini pun (red. kanopi) seolah tidak berpengaruh menangkal teriknya sinar matahari.

Sesampainya di bank pun masih terlihat antrian, namun setidaknya di sini lebih baik dan tidak sebanyak antrian di gerbang utama tadi. Gue masuk antrian, masuk antrian ketiga dari depan, lalu tidak lama kemudian gue berhasil dengan sukses mengambil empat lembar uang pecahan lima puluh ribu senilai dua ratus ribu rupiah dari mesin atm. Sambil berjalan menjauh dari mesin atm tersebut gue melihat jam yang ada di ponsel. Waktu menunjukkan pukul 12:13, berselang beberapa detik terdengar suara panggilan shalat saling bersahutan dari satu masjid ke masjid lain. Waktu zhuhur pun tiba.

Gue pun bergegas meninggalkan area bank, namun ketika gue menoleh ke arah…

”braakk” uh! Shittt . . ponsel gue jatuh, gue ambil tapi masih tetap melihat ke arahnya. Ada seorang wanita cantik berjalan dari arah gerbang timur, ditengah teriknya matahari. Seolah tidak menyadari, dia berjalan tanpa menoleh ke arah manapun. Pandangannya hanya terfokus pada satu arah ke depan. Bahkan ketika melewati gue yang sedang setengah berdiri pun dia tetap hanya menatap ke satu arah. Berjalan dan berlalu begitu saja. Gerak langkahnya terlihat cepat, mungkin untuk menghindari terik matahari yang sangat menyengat hari ini.

Gue berjalan dibelakangnya, bukan maksud gue untuk mengikutinya. Namun secara kebetulan arah tujuannya berjalan sama dengan gue. Entah siapa nama wanita cantik itu. Akan tetapi sepertinya gue merasa tidak asing ketika sekilas memandang wajahnya tadi. Otak gue berjalan cepat mencari stimulus memorinya, dalam sekejap gue dapat. Dia satu kampus dengan gue, dia satu tingkat dibawah gue, dan kalo tidak salah juga, gue pernah berpapasan dengannya dikampus.

Terlihat wajahnya memerah tersengat teriknya matahari. Air keringatnya pun mengalir dari wajahnya. Mengingat perjalanan yang cukup menguras energi, cukup wajar bila air keringat itu keluar. Gue pun sama berkeringatnya tapi sepertinya lebih banyak dia, mungkin karena dia berjalan dengan langkah yang lebih cepat. Sampai-sampai nafasnya pun sedikit terengah-engah.

Sebelum mencapai kampus wanita itu memberhentikan langkahnya. Nafasnya agak tersendat-sendat. Dalam pemberhentiannya tiba-tiba saja seorang lelaki menghampirinya. Lelaki yang bersamanya ketika gue berpapasan waktu itu. Terjadi pembicaraan diantara mereka, entah apa yang mereka bicarakan. Namun dari sekilas pandangan gue bilang sepertinya sangat penting dan sedikit menegang, bertengkar. Tiba-tiba gue dikagetkan dengan tingginya suara lelaki itu berbicara, suara tersebut menghentikan langkah gue. Sontak! Gue lebih dikagetkan, ketika lelaki itu tiba-tiba saja melayangkan tangannya diwajah wanita tersebut. Apa yang sebenarnya terjadi? Tanya gue dalam hati. Wajah wanita tersebut memerah tapi kali ini bukan karena sengatan terik matahari. Wanita tersebut masih tetap berbicara seperti mencoba menjelaskan segala sesuatunya. Matanya pun terlihat berkaca menahan air mata, namun perih di hatinya lebih deras sehingga tidak sanggup menahannya, air mata itu pun terjatuh dari kelopak matanya yang indah. Akan tetapi lelaki tersebut malah terlihat semakin murka dan seolah tidak mau mendengar apa yang diucapkan wanita tersebut. Suatu perbuatan egois tentunya. Kejadian tersebut berlangsung beberapa menit namun gue rasa akan menimbulkan efek berkepanjangan, terutama untuk si wanita cantik tersebut.

Apapun alasannya bagi gue perbuatan tersebut bukan suatu cara yang baik untuk menyelesaikan suatu masalah, terutama perbuatan bodoh lelaki tersebut. Kesalahan apakah yang wanita itu lakukan? Dan apakah baiknya menyelesaikan masalah seperti itu? Apapun alasannya gue merasa menjadi orang yang salah sudah membiarkan kejadian tersebut berlangsung. Apalagi perbuatan bodoh laki-laki tersebut. Seharusnya seorang laki-laki dewasa itu tau bagaimana memperlakukan wanitanya, bukan seenak hatinya menghukum rimba seperti itu. Yang lebih patut disayangkan, wanita itu adalah kekasihnya, orang yang seharusnya mendapatkan perlindungan bukan penganiyaan.

Wanita itu masih tersendat dengan tangisnya dan berbicara dengan terpatah-patah. Perjalanannya begitu sia-sia, karena tiada sedikit pun penghargaan dari lelaki tersebut atas pengorbanannya. Ingin sekali rasanya membantu wanita itu, namun siapa diri ini? Aku sadar, aku bukanlah siapa-siapa diantara keduanya. Aku hanyalah seorang pejalan kaki, yang mengagumi wanita yang telah berjalan di depannya. Kagum terhadap apa yang dia memperjuangkan untuk cintanya.

***

”Dit tasnya udah kakak terima. Bagus modelnya, warnanya juga, merah marun. Kakak suka, makasih yach Aoli tanya kapan kamu pulang ke Jakarta lagi?”
09/04/2007
10:47
Sender : kaka’Qu

Gue harus berterima kasih banget sama Dina, karena berkat jasanya gue bisa memenuhi amanat dari kakak gue. Setidaknya membuat kakak gue bisa sedikit tersenyum dengan tas barunya tersebut.

Dan hari ini di kampus gue kembali dipertemukan dengan mereka. Kali ini dalam suasana yang sangat jauh berbeda. Kini canda dan tawa mengiringi mereka. Sedikit tawa ku dalam hati ketika melihat mereka dengan kemesraan yang penuh kehangatan. Lalu dari hati gue yang terdalam keluar pertanyaan, apakah yang menyatukan mereka? ”Cinta?”. Lalu dimanakah cinta itu berada, ketika siang itu. Apakah cinta itu selalu datang ketika kita sedang merasa senang atau bahagia saja? Bagaimana ketika kita sedang sedih, benci, dan marah? Kemanakah cinta itu pergi?. (ioudi)

Berfikir Sederhana

Terpetik sebuah kisah, seorang pemburu berangkat ke hutan dengan membawa busur dan tombak. Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa hasil buruan yang paling besar, yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak pakai anjing pelacak atau jaring penyerat, tetapi menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.

Tidak lama ia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gagang tombaknya, kelelawar itu pasti bisa diperolehnya. Tetapi si pemburu berpikir, ‘untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apakah artinya dia dibanding dengan seekor rusa besar yang saya incar?’

Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya tetapi ia berpikir, ‘Ah, hanya seekor kancil, nanti malah tidak ada yang makan, sia-sia.’ Agak lama pemburu menunggu.

Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat, pemburu pun mulai siaga penuh, tetapi ternyata, ah… kijang. Ia pun membiarkannya berlalu.

Lama sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa yang lewat, sehingga ia tertidur.Baru setelah hari sudah sore, rusa yang ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti di depan pemburu, tetapi ia sedang tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya, ia kaget. Spontan ia berteriak, ‘Rusa!!!’ sehingga rusanya pun kaget dan lari terbirit-birit sebelum sang pemburu menombaknya. Alhasil ia pulang tanpa membawa apa-apa.

***

Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Ia berpikir yang tinggi-tinggi dan bicaranya pun terkadang sulit dipahami. Tawaran dan kesempatan-kesempatan kecil dilewati begitu saja, tanpa pernah berpikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh sesuatu yang berharga. Tidak jarang orang orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak mendapatkan apa-apa.

Demikian juga dengan seseorang yang mengidamkan pasangan hidup, yang mengharapkan seorang gadis cantik atau perjaka tampan yang alim, baik, pintar dan sempurna lahir dan batin, harus puas dengan tidak menemukan siapa-siapa. (Dikutip dari Ivan’s Website)

Mengejar Cinta???


Memang benar kata orang tua, bahwa Tuhan itu selalu memberikan yang terbaik buat umatnya. Baik dan buruk tergantung kita yang memilih memandangnya seperti apa?. Kebaikan tidak akan terasa baik klo seandainya buruk itu tidak diciptakannya juga. Begitu pula kebahagiaan dan kesengsaraan (ya lebih halusnya, kesulitan aja dee..).

Sudah menjadi hukum alam (sok tau gtu) bahwa manusia itu makhluk yang serakah. Selalu ingin memiliki dan mengusai lebih banyak (adueh bener ga nih frasenya). Namun ada pula diantaranya yang merasa cukup dengan apa yang telah ia miliki, tergantung lagi-lagi bagaimana kita memandangnya.

Banyak orang terdengar selalu mengeluh dengan kesulitan dan kesengsaraan yang begitu beratnya mereka alami. Lalu cenderung menyalahkan Tuhan atas kesulitan dan kesengsaraan yang datang kepada mereka. Sebuah pertanyaan menyikapinya, apakah mereka pernah mengeluh tentang kenikmatan dan kebahagiaan yang mereka dapatkan? Apakah mereka menyalahkan Tuhan juga? Rasanya kurang adil, namun itulah realita sebagian umat manusia di bumi ini (kalo di mars ada manusia juga, bolehlah ditambahin mars dibelakang bumi ☺).

Korelasi yang dekat dengan kebahagiaan dan kesengsaraan adalah tentang cinta (nyambung ngga? Klo ga nyampung, sambung-sambungin ajalah). Pepatah kuno (tapi masih ng-trend sampe sekarang) mengatakan cinta itu berjuta rasanya. Cinta bisa mendatangkan kebahagiaan yang luar biasa indahnya, dan tidak sedikit pula atas nama cinta banyak manusia yang mengalami kesengsaraan luar biasa buruknya.

Kenapa yang dinamakan cinta itu bisa memberikan rasa yang begitu lengkap yah? mau bahagia ada, mau gelisah ada, mau resah ada, dan mau sengsara ato merana juga ada. Tinggal kalian ajalah yang milih (gue sih milih yang bahagia hehehee..). Pilihannya tidak ada yang benar atau salah dan kembali kepada individu masing-masing. Kalo seandainya ada seseorang memilih merana karena cinta, biarkanlah. Mungkin dengan merananya dia bisa mendapatkan kebahagiaan (merana – bahagia, wadueehhh..gimana nih?).

Biarkanlah orang lain menemukan cintanya dan mengejar cintanya. Namun kalo cinta itu hakiki kenapa harus dikejar? (ada yang punya jawaban??? ☺).

Aulia Rachma (The Special One)


Minggu lalu gue merasakan kejenuhan yang datang secara tiba-tiba. Gue butuh hiburan ya setidaknya refreshing. Alhamdulillah-nya kamis lalu libur nasional. So gue putusin untuk pulang ke rumah.
Dari awal sebelum pulang gue bilang ke kakak gue mau pulang kamis itu tapi gue blum tau mau baliknya kapan. Gue masih bingung ninggalin kosan cos ada tugas yang musti gue selesain. Ya tugas makalah yang musti gue selesain buat presentasi senin ini. Karena mendesak jadi gue bawa aja artikel-artikel tugas gue pulang bersama. Huh! payah niatnya mau senang di rumah malah ngerjain tugas.

Namun kenyataannya berbeda banget, gue hanya mengutak-atik tugas gue itu selama kurang dari dua jam. Sisanya gue habiskan untuk bercengkrama dengan adik-adik sepupu gue yang masih balita. Hampir seluruh waktu gue di rumah gue habiskan bersama mereka, terutama dengan Aulia.
Senang sekali rasanya selalu bersama Ouli (panggilan gue ke Aulia) selama di rumah. Entah kenapa setiap kali gue pulang ke rumah, Ouli pasti sudah menunggu di rumah gue. Rumah kami memang cukup dekat hanya sekitar 200 meter menuju rumahnya dari rumah gue. Setiap gue sampai di rumah pun gue selalu memeluk dan menggendongnya, bahagia sekali rasanya. Gelagat kanak-kanaknya yang lucu setiap kali gue bersamanya semakin membuat gue senang, bahagia dan membuat kejenuhan itu hilang untuk beberapa saat.

Hampir sekitar 80% waktu Ouli selalu di habiskan di rumah gue. Mungkin dia kengen sama gue ya, hahahaaa..gue jg kangen banget sama dia. Pagi-pagi sekali dia sudah diantar ibunya ke rumah, bahkan dialah orang yang membangunkan gue setiap harinya di rumah. Biasanya ketika dia membangunkan gue dengan memanggil-manggil nama gue persis di depan muka gue. Ketika itu biasanya gue akan pura-pura belum bangun. Lalu dia akan ikut tidur disamping gue sambil bernyanyi-nyanyi, anak ini memang sangat pintar bernyanyi. Gue akan mendengarkan dia bernyanyi dengan mata terpejam. Lalu ketika gue belum juga bangkit dari tidur, dia dengan paksa membuka mata gue dengan tangannya. Ketika tangannya ada di muka gue itu langsung gue pegang, lalu kami pun bercanda-canda. Membuatnya tertawa merupakan suatu kebahagiaan buat gue.

Seharian gue pastikan bersamanya, bahkan ketika gue pergi pun dia pasti akan mengikuti. Ada satu hal yang membuat tertawa ketika mengingatnya, yaitu ketika dia ngambek gue bohong akan membelikannya es cream. Selama gue membelikannya es cream, selama itu pula dia ga mau deket sama gue. Padahal gue udah ngerayu-rayu habis-habisan. Sampai akhirnya gue membawakan sekotak es cream dia baru mendekat lagi. hahahahahaaaaa Pinterkan anak ini?!

Ouli sangat berbeda dengan adik sepupu-sepupu gue lainnya. Perawakannya halus, Pintar, lucu, dan tidak manja. Anak ini sangat menurut apa yang dikatakan oleh ibunya ato orang lain jika membuat kesalahan. Sungguh anak yang sangat pintar untuk anak seusianya. Dia juga memiliki hafalan yang sangat kuat, beberapa lagu yang sedang tune in di tv dapat diikutinya dengan santai. Adik sepupu gue yang satu ini memang sangat pandai dan gue harap gue bisa membantunya tumbuh berkembang sampai menuju dewasa. Amin

♥ Love Aulia Rachma ♥

Plaguematic Melancholis

Melihat karakter itu terkadang memang harus dilakukan. Dari sana kita akan tau dimanakah potensi besar yang ada didalam jiwa kita, dan inilah hasil dari tes karakter yang gue lakukan. Gue adalah orang yang termasuk berkarakter Plegmatis-Melankolis (Plaguematic-Melancholis). hahahaaaa…ga nyangka gue. Plegmatis adalah salah satu 4 karakter yang diungkapkan Florence Litauer, orang yang berkarakter Plegmatis itu orang yang tenang dan damai, hidup bagaikan tenangnya air yang mengalir.

Sedangkan Melankolis adalah orang yang hidupnya teratur, kalau mau melakukan suatu tindakan maka dia akan menunggu sampai semua komponen yang dibutuhkan terkumpul semua. Paling tidak suka melihat suasana yang berantakan dan tidak teratur.

kekuatan orang yang Plegmatis;
Sabar, Seimbang dan pendengar yang baik
Mudah bergaul, santai, tenang dan teguh
Simpatik, peduli dan baik hati (Sering menyembunyikan emosi)
Penengah masalah yang baik (Cenderung Bijaksana)
Cenderung berusaha menemukan cara yang termudah
Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan
Kuat dibidang Administrasi (Ingin segalanya terorganisasi)

Kekurangan orang yang plegmatis;
Kurang antusias, terutama terhadap perubahan
Kurang berorientasi pada tujuan
Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri
Tidak senang didesak-desak
Humor kering dan sarkatis
Khawatiran
Pemalu dan pendiam

Itulah jabaran karakter gue menurut penelitian Florence Litauer. Untuk sekedar mengetahui potensi diri ga da salahnya khan ikut hal-hal seperti ini. Percaya atau tidak itu urusan masing-masing dan mungkin dari sana kita tahu bagaimana memahami orang lain.

Superb !!! Anak Pesisir

”Tak mau ibunda, pagi ini ketika berangkat sekolah aku hampir diterkam buaya, maka aku tak punya waktu menunggu, jelaskan disini, sekarang juga” kata-kata Lintang, seorang tokoh dalam sebuah novel karangan Andrea Hirata, "Laskar Pelangi". Untaian kata-kata itu begitu mengena, kental dengan rasa keingintahuan yang sangat besar dan meluap-luap. Lintang tak mau pengetahuannya dihambat oleh waktu. Sebuah kisah yang patut dicontoh.

Lintang. Anak pesisir di bumi belahan Belitong yang cerdas dan rendah hati. Seorang anak yang setiap harinya harus menempuh jarak 80 kilometer untuk menggapai pendidikannya. Bersepeda sejauh 80 kilometer, sebuah angka yang luar biasa tentunya, apalagi ini harus dialami oleh seorang anak sekolah dasar. Sebuah fenomena yang mampu membangkitkan orang untuk berselera menggapai cita-citanya lebih giat. Usaha yang patut dikagumi.

Dengan jarak yang sedemikian jauhnya selama menempuh pendidikan, Lintang tak pernah mengeluh sekalipun. Sikap pemberani seorang pejuang. Kadang buaya-buaya yang menghadangnya pun dihadapinya dengan sabar. Sabar mencari kelengahan musuh. Melewati rawa-rawa yang curam nan seram diaruminya dengan penuh semangat yang bergejolak. Mengayuh sepeda dengan perasaan riang dengan harapan bisa menambah sebuah pengetahuan dan bisa bertemu dengan gerombolan teman-temannya.

Namun sayang kecerdasan dan semangat yang ia miliki tidak bisa mengangkat level kehidupannya yang lebih tinggi. Dia hanya bisa menambah satu level di atasnya. Takdir memang berkata lain namun dimata sang pencipta mungkin Lintang menempati posisi yang terpenting, level utama.


Nasib, usaha, dan takdir bagaikan tiga bukit biru
samara-samar yang memeluk manusia dalam lena. Bukit-bukit rahasia itu membentuk
konspirasi rahasia masa depan dan definisi yang sulit di pahami sebagian orang.

Sahabat Timdis


“Tahun depan gue mau jadi kordinator” itulah kata-kata Aji disaat PFS selesai. Akhir dari kegiatan yang kita persiapkan selama hampir tiga bulan. Sebuah perjalanan hidup yang tak terlupakan. Bagaimana kita semua bisa melewatkan hari-hari penuh kebersamaan. Canda, tawa dan bahkan sedih kita lalui dengan kebersamaan yang kokoh tersebut. Tahun itu adalah tahun pertama kami menjadi panitia PFS dan ingin mengulanginya tahun depan (red; Tahun 2007).

Rasa kebersamaan yang ditanamkan para SC sangat mengena bagi Personal TIMDIS masing-masing. Pelajaran yang sangat berharga yang pernah gue dapet dan sangat mungkin teman-teman yang lain juga merasakan hal yang sama. Terutama untuk gue, Aji, Muh, dan Dani.
Semua berawal dari sana, dari kecintaan kita terhadap salah satu Divisi Terbaik di Pengenalan Fakultas Sastra. Dan Persahabatan kita pun bermulai dari sana. Dari seringnya kita berkumpul dan bertukar pikiran. Sebuah hal yang hampir selalu dilakukan oleh kita disetiap pertemuannya.

Teman-teman terbaik yang bisa diajak bertukar pikiran diberbagai hal kehidupan. Siapa yang dapat menyangka bahwa seorang Aji yang kocak dan jenaka memiliki pemikiran yang plotis dan mengakar logika diatasnya. Begitu juga Dani dan Muh dengan pemikiran yang penuh kesederhanaan. Sebuah hal yang baru gue dapet selama hidup gue. Dan bekerja sama dengan mereka adalah kesenangan berarti buat gue.

Sampai saat ini persahabatan kita masih terus berjalan. Walaupun kadang saling kritik namun kita juga saling mendukung dengan memberi solusi-solusinya. Dilarang sakit hati diantara kita. Karena seseorang akan menjadi besar jika mau mendengarkan apa yang ada disekitar dirinya.

Indahnya SMA (Warna Persahabatan)


Meniru lirik salah satu penyanyi legendaris Indonesia, bahwa masa-masa paling indah adalah masa-masa di sekolah, khususnya jaman-jaman SMA. Yup! betul skali. Di SMA gue memahami apa itu arti persahabatan.

Semua berawal ketika gue mutusin untuk masuk sekolah yang sebetulnya bukan pilihan utama gue dan mereka, para sahabat gue. Namun kita semua sepakat bahwa persahabatan kita dimulai dari sana, dari sekolah yang bukan pilihan utama kita.
Sekolah itu secara sengaja mempertemukan kami, eskul basket. Yah, dari salah satu eskul tersebut secara langsung menjalinkan persahabatan kami.

Gue, orang yang sangat beruntung memiliki para sahabat seperti mereka. Mulai dari Budi, temen sekelas gue yang jago pencak silat dan Gopal yang masih temen sekelas gue juga yang biasa menyanyikan lagu cinta disaat senggang sekolah. Padahal ketika nge-band dia selalu membawakan lagu-lagu keras, band-band metal. Selanjutnya ada Fajar si item kecil yang jago main basketnya, bahkan lebih jago dari gue, heheheeee…..setelahnya ada Daliz, orangnya cool dan ngga macem-macem tapi jago skale main gitar. Lalu ada Alam si mbah dukun yang TAMPAN, udah makan banyak korban ni mbah. Kebanyakan korban rata-rata mengalami depresi hati, dipacarin sama dia, lalu kenapa kemaren-kemaren diterima sewaktu dia tembak? Dan terakhir Riki, orangnya style, gaul, dan dia yang paling tinggi diantara kita ya walaupun cuma beda 5cm aja. Hahahaaa sedikit bocoran dia punya kenangan ngga ngenakin sama mantan pertamanya, dan perlu diketahui mantannya itu salah satu temen deket gue di kelas sewaktu sekolah dan bingunglah gue musti gimana…

Persahabatan tetap berlangsung sampai saat ini, mungkin hanya satu yang kurang. Semenjak Alam dan keluarganya pindah ke Medan, kita hilang kontak sama dia. Namun kami tak akan pernah melupakan orang yang satu ini, bukan karena kejahatannya memacari kecengan-kecengan kami tapi karena dia lah kita belajar bagaimana menerima suatu kenyataan bahwa cewe-cewe SMA itu suka sama cowo GANTENG, hahahaaaaaa……(maap Lam, tp faktanya kaya gtu khn?)

Rumah Riki adalah rumah yang paling nyaman kita kunjungi, karena selain rumahnya yang terdekat dengan sekolah. Ayah Riki, Om Edward sangat baik orangnya, sebenernya langsung ke intinya saja, hehehe kita selalu ditraktir makan klo ada c Om…

Buat gue mereka salah satu bagian terbesar dalam hidup gue, satu lagi tentu saja keluarga gue. Memahami arti sebenar-benar persahabatan. Sahabat yang selalu berani menegur jika salah dan mendukung disaat susah…

The First Write

Mau tau ada apa dengan saya dan blog ini?
maka sering-seringlah kalian mampir k blog saya ini!