Rabu, 08 Oktober 2008

Superb !!! Anak Pesisir

”Tak mau ibunda, pagi ini ketika berangkat sekolah aku hampir diterkam buaya, maka aku tak punya waktu menunggu, jelaskan disini, sekarang juga” kata-kata Lintang, seorang tokoh dalam sebuah novel karangan Andrea Hirata, "Laskar Pelangi". Untaian kata-kata itu begitu mengena, kental dengan rasa keingintahuan yang sangat besar dan meluap-luap. Lintang tak mau pengetahuannya dihambat oleh waktu. Sebuah kisah yang patut dicontoh.

Lintang. Anak pesisir di bumi belahan Belitong yang cerdas dan rendah hati. Seorang anak yang setiap harinya harus menempuh jarak 80 kilometer untuk menggapai pendidikannya. Bersepeda sejauh 80 kilometer, sebuah angka yang luar biasa tentunya, apalagi ini harus dialami oleh seorang anak sekolah dasar. Sebuah fenomena yang mampu membangkitkan orang untuk berselera menggapai cita-citanya lebih giat. Usaha yang patut dikagumi.

Dengan jarak yang sedemikian jauhnya selama menempuh pendidikan, Lintang tak pernah mengeluh sekalipun. Sikap pemberani seorang pejuang. Kadang buaya-buaya yang menghadangnya pun dihadapinya dengan sabar. Sabar mencari kelengahan musuh. Melewati rawa-rawa yang curam nan seram diaruminya dengan penuh semangat yang bergejolak. Mengayuh sepeda dengan perasaan riang dengan harapan bisa menambah sebuah pengetahuan dan bisa bertemu dengan gerombolan teman-temannya.

Namun sayang kecerdasan dan semangat yang ia miliki tidak bisa mengangkat level kehidupannya yang lebih tinggi. Dia hanya bisa menambah satu level di atasnya. Takdir memang berkata lain namun dimata sang pencipta mungkin Lintang menempati posisi yang terpenting, level utama.


Nasib, usaha, dan takdir bagaikan tiga bukit biru
samara-samar yang memeluk manusia dalam lena. Bukit-bukit rahasia itu membentuk
konspirasi rahasia masa depan dan definisi yang sulit di pahami sebagian orang.

Tidak ada komentar: