Selasa, 17 Agustus 2010

Mengapa Pria Tidak Lebih Peka Dari Wanita?

Well, posting-an ini bisa dibilang ane buat secara kebetulan. Secara kebetulan ane lagi baca buku, trus secara kebetulan juga liat status di facebook yang bunyinya seperti ini nih, “Facebook must be a woman. A man would never ask, ‘What’s on your mind?’”. Untuk keamanan dan kenyaman ane ngga usah cantumin siapa pemilik status itu yak? ^_^.

Entahlah ada atau tidak adanya hubungan antara status itu sama buku yang lagi ane baca, yang penting ane cuma pengen posting, ehehehee.. langsung aj deh ke TKP..

Mengapa Pria Tidak Lebih Peka Dari Wanita?

Mengapa pria tidak lebih peka dari wanita?
Itu bukan karena wanita memiliki indera yang lebih hebat. Hanya saja, indera pria lebih tumpul jika dibandingkan dengan indera wanita. Dalam dunia wanita yang sangat peka, mereka mengharapkan pria mampu membaca lisan, suara dan tanda-tanda bahasa tubuh mereka.

Untuk alasan revolusionerlah, maka hal itu didiskusikan –meski bukan itu masalahnya. Wanita secara diam-diam menduga bahwa seorang pria akan tahu apa yang diinginkannya atau dibutuhkannya; dan ketika para pria itu tidak mengerti tanda-tanda yang diberikan, wanita itu akan menuduhnya sebagai “tidak peka”. Sedangkan pria di manapun akan membela diri, “apakah aku harus bisa membaca pikiran mereka?”.

Lyn dan Chris sedang mengendarai mobil pulang dari sebuah pesta. Chris mengemudi, Lyn menunjukkan arah. Mereka rupanya baru saja bertengkar karena Lyn mengatakan untuk berbelok ke kiri, padahal sesungguhnya yang dimaksudkan adalah berbelok ke kanan. Sembilan menit berlalu dalam kebisuan, sehingga Chris menduga ada yang tidak beres. “Sayang.. kamu tidak apa-apa?” tanya Chris. “Ya. Aku tidak apa-apa!” sahut Lyn.

Penekanan pada kata “tidak apa-apa!” berarti bahwa segalanya jauh dari ‘tidak apa-apa’. Chris mengingat kembali pesta yang baru saja mereka hadiri. “Aku melakukan kesalahan malam ini?” tanya Chris. “Aku tidak mau membicarakannya!” bentak Lyn.

Ini artinya Lyn sangat marah dan betul-betul ingin membicarakannya. Sementara Chris, ia betul-betul kebingungan mengingat-ingat kesalahan apa yang telah dilakukannya sehingga membuat marah Lyn. “Katakan padaku, sayang. Apa yang aku lakukan di pesta?” ia memohon. “Aku betul-betul tidak tahu apa yang telah kulakukan tadi!”

Dalam percakapan seperti ini, biasanya si pria memang mengatakan yang sebenarnya – dia betul-betul tidak mengerti masalahnya.

“Baiklah,” kata Lyn. “Aku akan katakan masalahnya, walau kamu pura-pura bodoh!” –tetapi Chris tidak berpura-pura bodoh. Ia benar-benar tidak mengerti mengapa Lyn marah. Lyn menarik nafas panjang. “Wanita centil murahan itu, selalu berada di dekatmu sepanjang malam dan mengirim tanda-tanda ajakan padamu. Sementara kamu tidak menghindarinya –kamu bahkan membuatnya semakin berani!”

Sekarang Chris benar-benar bingung. Wanita centil murahan yang mana? Tanda-tanda ajakan apa? ia tidak melihat apa-apa.

Berikut adalah yang terjadi di pesta: Ketika ‘wanita centil murahan itu’ berbicara pada Chris (ini adalah istilah yang digunakan wanita untuk wanita semacam itu. Sementara pria akan menyebut wanita seperti itu sebagai ‘ wanita menawan’). Ia tidak melihat bahwa wanita itu mengangkat pinggulnya ke arah Chris, menyibakkan rambutnya, mengusap-usap pahanya sendiri, menatap Chris lebih lama dari yang bisa disebut tatapan sopan, dan mengelus-elus tangkai gelas minumannya serta berbicara dengan nada manja seperti seorang gadis sekolahan.

Yah, Chris adalah ‘seorang pemburu’(hakikat seorang pria pada umumnya). Ia mampu melihat seekor Rusa diujung cakrawala dan mengatakan seberapa cepat hewan itu bergerak. Namun ia tidak memiliki kemampuan untuk mengerti tanda-tanda bahasa tubuh, arti suara dan tatapan yang ditujukan padanya.

Semua wanita dalam pesta itu akan melihat ‘wanita centil murahan itu’ tanpa harus memalingkan kepalanya untuk benar-benar menyaksikannya. Lalu sebuah naluri jarak jauh ‘waspada akan wanita nakal’ terkirim dan diterima oleh semua wanita dalam pesta itu. Sementara kebanyakan pria di sana, tidak mengerti sama sekali akan hal itu.

Maka ketika seorang pria mengaku bahwa ia memang mengatakan yang sebenarnya –tentang apa yang dituduhkan padanya– ia mungkin saja memang mengatakan yang sesungguhnya. Hal ini bisa terjadi karena otak pria tidak dilengkapi dengan bagian untuk mendengar atau melihat lebih rinci dibandingkan wanita. Oleh karena itu para pria selalu membutuhkan bantuan wanita untuk mengetahui ketidakpekaannya tersebut.

Sebuah penelitian membuktikan bahwa pria merupakan pembaca pikiran yang payah. Tapi kabar baiknya adalah pada umumnya mereka dapat dilatih untuk meningkatkan kewaspadaan mereka akan pesan-pesan tak terucap dan nada suara. (end)

Btw, sampel yang disajikan tadi itu hanyalah satu sampel dari sekian banyak sampel yang ada di dunia ini. Jadi, untuk penerapannya tinggal disesuaikan dengan kondisi terkini yang terjadi yak!

Makasih buat yang udah mau nyimak dan mau meninggalkan komentarnya di-postingan ini ^_^

Sumber: Why Men Don’t Listen and Woman Can’t Read Maps – Allan + Barbara Pease.

1 komentar:

Endang Sriwahyuni mengatakan...

ceritanya lumayan oke. Btw, saya awalnya menganggap bahwa dalam kasus ini, ada faktor kegengsian pria yg cenderung lebih tinggi daripada wanita, bukan karena pria yg memnag sulit mengenali pesan tersirat dari kata-kata dan bahasa tubuh wanita. Hmmm *bukan membela ya... hehe.
Salam damai blogger. :p