Jumat, 27 Maret 2009

Siapa caleg itu?

Hoihoii…
Baik-baikkah kalian disana?
Gue harap semua baik-baik.. ya kalo pusing-pusing dikit gapapalah…

Ok, cuy!
Masih berkaitan sama posting sebelumnya nih. Waktu itu gue bilang terlibat obrolan hebat..
Nah! Sekarang gue pengen berbagi pendapat sama lo.. boleh yah?! Harus boleh! Soalnya yang lo baca saat ini adalah postingan dari Yudi Bastian, yang notabene empu-nya blog ini..hahahaa.. kalo ga suka yawdah bikin saingan aja. Lo bikin posting yang lain.. kalo gtu khan gue ada temennya tuh dalam hal posting-memosting.. yihaa…

Diantara lo semua ada yang merasa kenal sama caleg ngga?
Kalo caleg-nya itu dari keluarga lo atau sedaerah sama lo mungkin lo kenal. Yaa kalo ga kenal, minimal taulah..

Sekarang coba diantara lo semua angkat tangan yang ga tau personal pribadi caleg-nya?
Huah! Banyak juga nih.. (sok tau gtu!)

Ada pertanyaan dari gue, kalo ada yang tau tolong jawab. Sekali lagi, tolong j-a-w-a-b, JAWAB..
1. Lo tau ngga asal-usul caleg yang bakal mewakili lo semua?
2. Mengapa caleg-caleg itu merasa percaya diri sebagai wakil daerah kita?
3. Darimanakah mereka mendapatkan akses atau mungkin persetujuan hingga terpilih menjadi calon wakil kita?
Iyaa..kalo yang ketiga gue tau-nya karena tu orang-orang masuk partai.. tapi bagaimana mereka bisa dipilih partai, itu yang gue ga tau..

Gue pernah ngobrol-ngobrol soal keberadaan caleg yang berposisi sebagai wakil kita. Gini pada saat obrolan itu gue sama temen-temen gue itu mengobrolkan sistem perwakilan semasa periode pemerintahan kekhalifahan Islam di Arab dahulu kala..

Ok, bagaimana kalo kita sebut istilahnya dengan Piramida Perwakilan? Ada yang ga setuju?? Aw-aw..sekali lagi gue tegaskan ini blog gue jadi kalo ada yang ngga setuju tulisnya di-blog lo aja, hehee… ya, karna gue baik hati, tidak sombong dan tidak suka menabung..bolehlah lo tulis dikolom comment dibawah..

Ok, balik lagi ke Piramida Perwakilan.. Jadi di zaman kekhalifahan itu sudah dikenal sistem pemilihan kepala Negara berdasarkan perwakilan daerah.. sebenernya dari zaman Nabi Muhammad juga udah diperkenalkan.. oh iya sistem kekhalifahan ini pemerintahan sebelum Dinasti Umayyah berkuasa ya, karena pas zaman Umayyah itu pemilihan khalifah(pemimpin negaralah kalo sekarang mah) udah dibelokin sama si Muawiyah, khalifah pertama ni dinasti.. masa doi dengan seenak udelnya nunjuk anaknya sebagai khalifah pengganti dirinya tanpa ada proses musyawarah yang dilakukan sebelum-sebelumnya..

Jadi saat pemilihan khalifah waktu itu sistem penunjukannya gini. Tiap-tiap daerah itu mengirimkan wakilnya untuk ikut dalam musyawarah pemilihan khalifah terbaru. Bagaimana doi bisa terpilih sebagai perwakilan daerah? Jawabannya karena rekomendasi-rekomendasi.. Rekomendasinya mulai dari struktur kerukunan terkecil, mulai dari keluarga lanjut ke RT (zaman dulunya ga tau apa namanya, ada yg mau bantu?) terus ke RW, naik lagi ke tingkat desa sampai ketingkat paling akhir.

Ok, gue coba jelasin.. Mulai dari keluarga, dalam suatu keluarga melakukan musyawarah. Hasil musyawarah tersebut adalah ditunjuknya orang yang paling dipercaya untuk mewakili keluarganya ditingkat musyawarah yang lebih tinggi, yaitu permusyawaratan RT. Lanjut di permusyawaratan RT, sama seperti permusyawaratan di keluarga, satu/beberapa orang ditunjuk dipercaya mewakili RT-nya. Permusyawaratan itu berlanjut sampai ke tingkat yang terakhir, yaitu permusyawaratan pemilihan khalifah atau kepala pemerintahan yang diwakili berbagai daerah yang ditentukan..

Bentuknya gue analogikan seperti piramida karena satu orang yang jadi perwakilan di tingkat paling tinggi itu mewakili orang banyak dibawahnya..

Logikanya kalo sistemnya kaya gitu, kita bisa tau orang yang mewakilkan kita itu siapa aja? Karena orang yang mewakili daerah kita ditingkat tertinggi itu berasal dari permusyawaratan terkecil, yaitu keluarga. Di sini jelas ya asal-usul keluarga dipertaruhkan, kalo berani korupsi atau macem-macem, efek sampingnya langsung berdampak ke anggota keluarganya yang lain. Kalo macem-macem efek malunya bisa sampe 7 keturunan nih..hehee. Soal kemampuan juga pasti bisa diandalkan. Jelas juga doi khan dipilih dari permusyawaratan terkecil, jadi kemungkinan besar kemampuannya sudah teruji.

Kalo sistemnya kaya gini, gue rasa ga perlu dah ada partai-partai.. dan ga ada juga kepentingan-kepentingan sampingan dari partai-partai tersebut. Soalnya wakil kita itu akan pure memberikan pendapatnya tentang apa adanya keadaan daerahnya dan membutuhkan pemimpin seperti apa..dan ga perlu juga kampanye-kampenyean, soalnya kampenyenya itu udah tercermin dari kehidupannya sehari-hari.. Jadi ga usah repot ngeluarin dana gede-gedean buat kampanye.

Mengapa yah kayanya jadi wakil rakyat(caleg.red) di Indonesia tuh instant banget? Cukup masuk partai, trus ikutin aturan yang ada di partai, bisa deh jadi caleg. Perkenalan personal kepribadian sama masyarakat yang diwakilkannya juga cukup dengan kampanye-kampanye dan membuat media publikasi di mana-mana, beres dah.. Padahal pengen tau juga asal-usul dan kemampuannya sebelum menjadi wakil kita. Huh’.

Yah itulah, sedikit gagasan yang ada di otak gue mudah-mudahan bisa diterima..
Kalo ga diterima? Balik lagi yang lo baca ini blog siapa, hehehee.. ngga-ngga, becanda denk!
Lo boleh ga terima tapi tuh lo tulis di bawah, di kolom comment..hehee.

Bentar lagi nyontreng nih!
Hayo ah! Kita nyontreng! Milih wakil rakyat, ya walaupun yang gue pilih itu buruk dari yang terburuk..
Tapi gapapa..yang penting gue berkontribusi buat perkembangan Negara ini..

Buat yang golput..
Lo ga usah comment kalo nanti ada presiden terpilih naikin BBM atau menurunkannya, atau mungkin comment kebijakan-kebijakan doi lainnya.. karena buat gue golput itu berarti pencabutan hak suara lo buat Negara. Jadi pasal 28 UUD 45 ga berlaku buat lo, Hehehee… karena hak suara lo dah lo gugurin sendiri..

Keep comment cuy!
Makasih dah mau baca posting-an gue.. ^_^

Tidak ada komentar: