Selasa, 21 April 2009

Orang Kritis dan PFS

Senang rasanya berjumpa dengan kalian lagi..
Gue berharap kalian baik-baik aja yaa..

Ehmm.. kali ini gue mau membicarakan tentang kemuakan gue terhadap orang-orang kritis yang nol tindakan. Buat gue lebih baik orang pendiam tapi tindakannya kelihatan dibanding orang-orang kritis tapi kerjaannya cuma ngekritik dan banyak omong doank.

Beberapa tahun ke belakang gue sering banget ngedenger orang-orang yang kritis terhadap PFS (Pengenalan Fakultas Sastra), bermacam-macam pendapat mereka. Diantaranya adalah acara PFS yang begitu-gitu aja, ngga berubah dan ngga menghasilkan apa-apa kata mereka.

Oke, gue punya pendapat tentang kekurangan dalam PFS yang mereka maksudkan itu. Pertama, dari masalah konseptor. Konseptor adalah orang-orang yang bertugas membuat konsep-konsep pelaksanaan PFS. Setau gue BEM Sastra selalu mengundang seluruh himpunan dan lembaga kemahasiswaan yang ada di Sastra untuk mengirimkan wakilnya menjadi konseptor PFS, tapi sayangnya yang gue lihat beberapa tahun belakangan ini, gue ga pernah menemukan konseptor itu utuh diwakili oleh seluruh himpunan dan lembaga kemahasiswaan, padahal mereka diundang semua oleh BEM. Pertanyaan gue dimanakah orang-orang kritis itu berada?

Kedua, loka karya. Ya mungkin dalam kuota disini lebih banyak dihadiri orang tapi sayangnya waktu pelaksanaan loka karya ini, menurut yang gue alamin beberapa tahun ke belakang dilakukan ketika hari H tinggal beberapa minggu saja. Buat gue terlalu riskan jika hasil loka karya tersebut diubah dengan waktu yang mepet. Fungsi loka karya itu khan menjabarkan kegiatan yang akan dilakukan oleh pelaksana. Mendengarkan pendapat dan pertanggungjawaban pilihan acara yang akan mereka laksanakan. Peserta loka karya berhak keberatan jika mendapati argument yang diberikan pelaksana dirasa belum cukup dan peserta loka karya membantu jika akhirnya harus mengubah salah satu konten kegiatannya. Hal ini bisa terlaksana jika loka karya tersebut dilaksanakan jauh-jauh hari sebelum hari H. bukan disaat pelaksana sedang memusatkan latihannya di minggu-minggu akhir sebelum hari H.

Ketiga, waktu latihan panitia. Mungkin ada yang bilang jangan jadikan waktu sebagai kambing hitam, tapi menurut gue untuk menyiapkan kegiatan yang baik, maka dibutuhkan waktu yang baik juga untuk mempersiapkannya. Sastra mungkin disini gue lihat sebagai fakultas yang aneh. Kenapa aneh? Karena disaat panitia latihan untuk kepanitiaan tingkat fakultas mereka juga harus latihan dalam kepanitiaan jurusan masing-masing. Dilemma memang disatu sisi panitia harus berkonsentrasi ditingkat fakultas dan disatu sisi mereka tidak bisa lepas dari pengabdian terhadap jurusan. Dualisme ini jelas berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental panitia.

Ya kalo menurut gue wajar kalo kepanitiaan tingkat fakultas kemaksimalannya kurang. Tenaga mereka banyak terkuras justru sebelum hari H. Butuh toleransi tinggi menyikapi hal ini dan perlu adanya musyawarah antara kepanitiaan fakultas dengan kepanitiaan jurusan.

Gue kadang merasa iri dengan latihan kepanitiaan di fakultas lain. Mereka latihan total dan berkonsentrasi penuh untuk keberhasilan kepanitian fakultas tanpa ada dualism kepanitiaan. Walau bagaimanapun gue sadar Sastra berbeda dengan fakultas lainnya itu. Sastra dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa beridealis sesuai jurusannya masing-masing. Mungkin temen-temen ada yang bisa membantu gue menyikapinya?

Ya itu pendapat gue saat ini. Patut disayangkan juga gue selalu mendengar orang-orang kritis itu setelah pelaksaan kegiatan aja. Buat gue alangkah lebih bijaknya kalo orang-orang yang kritis itu mengikuti PFS ini dari awal. Bukan mencela diakhir dan mengajukan konsep baru yang menurutnya benar.

BEM Sastra saat ini sedang melangsungkan proses perbaikan tersebut. Bantulah dan jangan hanya berbicara.

Tidak ada maksud menyerang siapapun dalam tulisan ini..
Tulisan ini adalah buah pikir diotak saya..

Kalo perlu dikomentarin, silahkan dan akan diterima dengan senang hati..

1 komentar:

indon mengatakan...

setuju Yud, aku jg sering menjumpai hal ini. banyak org yang hanya jago kritik padahal mereka ogah terlibat...

bagi mereka, lebih mudah (dan lebih menyenangkan) mencela dibanding bekerja...